My First Real Journey

Jalan-jalan ke Dataran Tinggi Dieng tanggal 14-17 Agustus kemarin merupakan petualangan pertama saya yang saya sebut “my first real journey”, karena baru kali ini saya melakukan perjalanan wisata dengan cara backpaker. Perjalanan ini sendiri dimulai dari ajakan om Dodi di tret plurk tanggal 19 Juli jam 10.00 dan email lanjutan dari mas Amri tanggal 27 Juli (detil amat yak :D). Sebetulnya masih banyak rasa keraguan untuk ikut petualangan ini, dimana saya belum mengenal calon peserta perjalanan ini, Saya sendiri sering ngobrol via plurk atau Ym namun baru dua kali bertemu dengan om Dodi yaitu di kedaiqu dan di PeVil. Sedangkan untuk mas Amri, mas Ian dan Mbak Novi saya sama sekali belum mengenalnya, bahkan baru mulai ngobrol belakangan sebelum berangkat aja via confrence YM karena saya tidak bisa hadir ketika kopdar untuk membahas perjalanan ini.

Kemudian saya tambah merasa malas untuk berangkat ketika mengetahui bahwa kami tidak mendapatkan tiket kereta dan harus mencari alternatif lain. Saya sendiri mengusulkan naik travel karena saya sudah malas dengan Bus malam, dan memang kami mendapatkan travel untuk berangkat, namun rupanya Tuhan punya rencana lain, travelnya mendadak tidak bisa berangkat karena ada masalah dan kami terpaksa harus naik bus. Disini saya merasa bahwa saya memang harus berangkat dengan Bus.. dan dengan diantar Yosi, tibalah saya di Pulogadung jam 7.30, ternyata saya harus menunggu lagi untuk bisa bertemu dengan rekan-rekan yang lain.

Singkat cerita kami berangkat dengan bus yang rusak ACnya sehingga harus pindah bus di Cibitung, perjalanan panjang karena macet dan banyaknya perbaikan jalan di sepanjang Pantura membuat perjalanan mencapai 17 jam sebelum mencapai terminal Wonosobo dan menikmati sarapan kami pada pukul 1 siang. Disinipun kami masih harus mengoper kendaraan lagi untuk bisa sampai ke penginapan. Pada hari itu juga kami langsung berkeliling ke Telaga Warna dan kawah Sikidang, dan sial bagi saya karena terjatuh di kedua tempat itu.. hiks.. setelah itu kami menikmati makan malam dan minum minuman khas  Dieng Purwaceng, diakhiri dengan sesi curhat dadakan yang ngaco sampai ke cerita horor segala. Akhirnya jam 11 kami beristirahat untuk mengejar sunrise di bukit Sikunir keesokan harinya.

Malam itu merupakan salah satu malam susah tidur bagi saya, ditemani suhu dibawah 15 derajat serta orkestra dari ranjang sebelah, namun akhirnya dengan rasa ngantuk yang amat sangat kami pun terbangun jam 4 pagi untuk mengejar matahari. Jalanan begitu sepi dan sunyi namun di tempat parkir di kaki bukit Sikunir telah banyak kendaraan yang lebih dahulu sampai dibanding kami. Perjalanan mungkin hanya sekitar 400-500 meter saja namun di ketinggian lebih dari 2000 meter dan kondisi jalan yang terus menanjak akhirnya baru setengah jalan saya menyerah untuk berhenti dan meminta yang lain untuk duluan saja, dalam hati saya berkata percuma jauh-jauh kesini kalau tidak sampai puncak, akhirnya dengan tekad dan semangat kami sampai juga di puncaknya.. disini seluruh rasa letih tadi hilang berganti ketakjuban dan kegembiraan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.IMG_4859

Selanjutnya perjalanan dilanjutkan lagi ke puncak bukit entah apa namanya dimana tanjakannya masih berupa tanah yang lembut dengan kemiringan mencapai 45 derajat kami sampai di puncak untuk melihat pemandangan telaga warna dari atas, sungguh pemandangan yang berbeda bila dilihat dari sudut yang berbeda. Setelah itu dilanjutkan dengan mengunjungi Candi-candi, Kawah Sileri, Jala Tunda, Museum serta Dieng Plateau Theatre. Perjalanan kami akhiri sampai jam 2 siang dan kami harus kembali ke Wonosobo untuk mengejar Bus malino jam 4.30, Petualangan berlum selesai karena ketika keluar dari penginapan sekitar jam 3, kami tidak memiliki dana cash maka kami harus mencari ATM terlebih dahulu di kota Wonosobo, Perjalanan cukup lama karena ada pawai 17an yang membuat jalanan menjadi satu jalur sehingga menimbulkan kemacetan, namun akhirnya kami tiba di alun-alun kota dan mendapatkan ATM serta tepat waktu tiba di terminal. Akhirnya kami berpisah dengan mas Amri dan mas Ian di Lebak bulus, Saya berpisah dengan om Dodi dan mbak Novi di Pasar Minggu. Perjalanan yang Luar biasa…

Jujur saya tidak merasa asing walau baru pertama bertemu dengan mereka, saya malah merasa bagaikan bertemu sahabat lama yang dengan akrabnya bercanda dan berbagi tawa, Mudah-mudahan ini bukan perjalanan kami yang pertama dan yang terakhir, Saya menantikan perjalanan selanjutnya…..


7 Responses to “My First Real Journey”